Seperti Apa Wajah Sastra Pasca Koran

Seharusnya tulisan yang benar, menurut ejaan Bahasa Indonesia, adalah “Sastra Pascakoran”. Tapi saya kok ya kurang sreg menulis dengan kata “pascakoran”. Penggabungan dua hal ini seperti menisbikan koran dan membentuk kata baru yakni “pascakoran”. Padahal artinya sama dengan Sastra Setelah Koran. Jadi saya pakai ejaan yang salah.

Dari Klise ke Klise, Obrolan Konyol dengan Penyair Milenial

OLEH: MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIl | @MUSISMAIL | MUSISMAIL.COM | “Apa sih yang baru dalam hidup ini? Peristiwa selalu berulang,” kata Suman, seorang anak muda, yang lagi galau mencipta puisi. Ia berhenti menulis puisi karena merasa tidak ada lagi yang baru dituliskan. “Semua hal rasanya sudah pernah dituliskan menjadi puisi. Soal cinta, kemiskinan, kemelaratan, kejahatan, korupsi, hubungan manusia dengan […]

Antara Busana dan Isi Kepala, Siapa Panglimanya?

Alkisah, ada seorang mahasiswa masuk ke kelas memakai sendal jepit. Melihat itu, sang dosen yang sedang mengajar, mempersilakannya masuk. Sejenak, ia memandang perempuan muda itu yang memakai kaos oblong, celana jeans, dan sepatu sport. Cuma, ia mengernyitkan dahi ketika melihat punggung perempuan itu. Ada bekas beberapa sundutan rokok di sana. Tampaknya si mahasiswi tidak tahu itu. Mungkin itu terjadi secara […]

Penulis Serius versus Selebritas Sastra

Anak kecil yang baru belajar karate, tiang listrik pun diajak berkelahi. Kata-kata ini sering saya lontarkan — secara guyonan tentu saja — merespon orang-orang yang senang memancing diskusi tak produktif di media sosial. Biasanya orang seperti ini baru belajar sesuatu. Lalu, ia asyik mengkritik atau menggurui sana-sini, termasuk memancing debat tak penting. Bahkan terkesan ia sedang mencari perhatian.

Dari Sastra Kontekstual ke Puisi Realitas Zaman

OLEH: MUSTAFA ISMAIL, penulis sastra dan kebudayaan. | “…. penyair dituntut untuk lebih peduli di masa kini. Peduli berarti harus siap memahami realitas zaman. Penyair semakin dituntut untuk mengasah indranya kian peka menyikapi fakta melalui ungkapan kata.” (Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin dalam teks pidato Hari Puisi Indonesia 2018).

Obrolan Rahasia, dari Estetika Hingga Penyair Penggembira

Ada banyak soal yang menjadi topik bahasan dalam #NgopiSastraRahasia di Griya Litera, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin malam, 24 Desember 2018 hingga Selasa dini hari, 25 Desember 2018. Mulai dari soal estetika hingga para pemyair penggembira pada berbagai acara sastra. “Jika tidak ada mereka, acara sastra akan sepi,” kata Ahmadun Yosi Herfanda, tuan rumah diskusi kecil itu.

Penyair Kelas Arsitek versus Kelas Tukang

Puisi baru, tentu saja, berbeda dengan puisi yang menyajikan hal baru. Sering pula disebut kebaruan. Boleh juga kesegaran. Ikan yang baru diangkat dari jaring tentulah ikan yang baru dan segar. Sering, ia masih melompat-lompat ketika diciduk dari jaring. Sebaliknya, ikan yang sudah berhari-hari ditangkap dan dieskan, tentulah bukan lagi ikan yang baru dan segar. Meskipun tampak baru, jelas ia bukan […]

Festival Sastra Bengkulu dan Gelora Sastra Bumi Raflesia

>Festival Sastra Bengkulu (FSB) 2018 di Bengkulu 13-15 Juli 2018 telah usai. Acara itu melibatkan sekitar 100 sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia dan negara tetangga. Acara yang didukung penuh sekaligus difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu itu adalah acara sastra terbesar di Bengkulu. Berikut adalah tulisan saya di Koran Tempo edisi Jumat, 20 Juli 2018, tentang kegiatan bertaraf nasional ini. […]

Biennale Sastra di Padang

Kawan-kawan penulis sastra di Padang, Sumatera Barat, mengadakan acara Padang Literary Biennale (Bienal Sastra Padang) di Padang, 28 April 2012, mulai dari pukul 16.00 – 22.00. Tempatnya mereka pilih: Halaman Rumah Kreatif Kandangpadati. Mereka menyuguhkan beragam acara yakni pembacaan puisi oleh 25 Penyair Sumatera Barat, musikalisasi Puisi, monolog dan orasi kebudayaan. Dalam daftar pembaca puisi ada nama-nama seperti Esha Tegar […]