peristiwa
Kemah Seniman di Aceh, Siapa Mau Ikut?

Kemah Seniman di Aceh, Siapa Mau Ikut?

Pada awal 1990-an, seniman Aceh beberapa kali mengadakan Kemah Seniman. Namanya Kemah Seniman Aceh (KSA). Tak hanya diikuti seniman Aceh, tapi juga mengundang seniman-seniman dari Sumatera, terutama dari Sumatera Utara. Menyertai KSA, selalu diterbitkan buku kumpulan puisi para penyair yang mengikuti kegiatan tersebut.

Saat itu, saya ikut kemah seniman, tapi bukan sebagai penulis sastra, melainkan sebagai anggota teater. Saya bergiat di Teater Bola, Banda Aceh, yang tiap sore latihan di Taman Budaya Aceh di Jalan Teuku Umar No 10, Banda Aceh. Kala itu saya baru memulai menulis (puisi, cerpen, dan esai) di media lokal, tapi saya belum dianggap penulis oleh para sastrawan Aceh kala itu.

Bahkan, puisi saya tak lolos di buku antologi KSA. Lolos kurasi adalah salah satu syarat menjadi peserta kemah seniman dari kalangan penulis sastra. Beberapa di antara kurator antologi itu mengenal saya baik sebagai penulis pemula maupun sebagai pegiat teater. Tapi saya menghormati betul bahwa basis penilaian atau seleksi adalah kualitas karya, bukan karena kenal.

Dari situlah saya terus belajar dan semangat menyiarkan karya-karya di media begitu membara. Saya menulis puisi, esai, dan cerpen tak hanya di koran lokal (Serambi Indonesia, Peristiwa, dan Atjeh Post), tapi juga di media-media Sumatera Utara dan Jakarta. Pelan-pelan, saya mulai “diterima” di komunitas penulis sastra di Aceh.

Sayangnya, ketika saya mulai “diakui” sebagai penulis, kemah seniman Aceh tidak ada lagi. Setelah saya hijrah ke Jakarta pada 1996, ada beberapa kali kemah seniman pada tahun 2000-an. Tapi saya tidak bisa mengikuti, karena persoalan waktu dan jarak. Padahal saya ingin sekali ikut kemah seniman itu. Saya sangat ingin bernostalgia mengikuti kemah seniman di Aceh. Tapi kapan akan ada lagi?

Pada bulan-bulan akhir 2023, saya beberapa kali berdiskusi dengan Prof DR Wildan Abdullah (Rektor ISBI – Institut Seni Budaya Indonesia – Aceh) lewat telepon. Awalnya kami bicara soal seni dan budaya di Aceh, tapi kemudian berujung pada rencana menggelar sebuah even di ISBI. Singkat cerita — setelah berproses sekian lama dan diskusi intens dengan sejumlah tokoh lain, terutama DR Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPR RI 2009-2014) dan penyair Fikar W. Eda — maka ISBI bertekad mengadakan Kongres Peradaban Aceh (KPA) 2024.

Rektor ISBI Aceh Prof DR Wildan Abdullah

Saya, bersama Bang Farhan dan Bang Fikar adalah tiga di antara sejumlah orang yang menggagas Kongres Peradaban Aceh (KPA), yang pertama kali diadakan pada 2015 di Banda Aceh dan Jakarta. Kala itu Bang Farhan duduk sebagai ketua, dan saya dipercaya sebagai sekretaris.

Tapi kali ini — pada KPA 2024 — kami (saya, Bang Farhan, dan Bang Fikar) tidak lagi berada di OC (pelaksana), tapi dipercaya sebagai SC oleh Bang Wildan — begitu Pak Rektor ISBI Aceh biasa saya sapa. Tokoh lain di SC adalah Prof DR Mohd Harun (USK), Prof DR Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (UIN Banda Aceh), dan jurnalis senior Aceh, Yarmen Dinamika. Adapun OC adalah anak-anak muda akademisi di ISBI. KPA akan berlangsung pada 6-8 Mei 2024

Lalu, apa hubungannya dengan Kemah Senimans? Sebentar. KPA 2024, selain acara utama berbentuk kongres dengan tema “Pemerkasaan Seni dan Budaya Aceh di era Kecerdasan Buatan”, ada banyak agenda seni lain. Salah satunya adalah Kemah Seniman dan Budayawan. “Ini tidak hanya untuk seniman Aceh kan bang, tapi juga untuk seniman luar Aceh?” tanya saya di grup WA SC KPA 2024.

Bang Rektor dengan sigap menjawab: “Sedunia,” katanya. Dengan kata lain, Kemah Seniman ini terbuka untuk seniman, penulis, dan pegiat kebudayaan dalam dan luar negeri. Waktunya bersamaan dengan KPA 2024 yakni 6-8 Mei 2024. Nah, teman-teman seniman di mana pun berada yang tertarik jalan-jalan ke Aceh sekaligus mengikuti kegiatan ini — kemah seniman maupun acara-acara lain dalam rangkaian Kongres Peradaban Aceh — bisa mendaftar di web berikut ini: https://pendaftarankpa.isbiaceh.ac.id/

Satu lagi: kegiatan ini diadakan di kampus ISBI Aceh di Jantho, Aceh Besar, yang berada di pegunungan dengan udara sejuk — di kaki gunung Seulawah. Letaknya sekitar 45 km dari Bandara Sultan Iskandar Muda atau 52 KM dari pusat kota Banda Aceh. Jadi, jangan lupa bawa jaket bagi yang ingin hadir. Siapkan pula payung siapa tahu nanti hujan.

Eit, tunggu dulu. Kalau ke Aceh, agendakan waktu pula ke Sabang. Itu adalah pulau yang indah dan bikin kangen. Sampai ketemu di Aceh.

MUSTAFA ISMAIL
ruangmi.my.id
@moesismail
———-

(*) Teman-teman, bantu share info ini ke kawan-kawan seniman dan penulis lain ya. Makasih 🙏

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: