puisi

Diam-Diam Kutulis Sebait Puisi

Puisi ini, “Diam-diam Kutulis Sebait Puisi”, masih merupakan bagian dari puisi-puisi dalam bundel “Perjalanan” karya saya. Puisi ini saya tulis di kampung saya di Trienggadeng (dulu Kabupaten Pidie, kini Pidie Jaya) bertolak dalam sebuah perjalanan dari Banda Aceh ke kampung. Puisi ini memadukan pengalaman sosial sekaligus trandensental.

DIAM-DIAM KUTULIS SEBAIT PUISI

– bagi y, seorang kawan perjalanan

diam-diam kutulis sebait puisi kepadamu
akan sebuah klasik dari daerah
tak bernama. tentang seekor burung dara
melumat waktu dengan pahitnya. rindu terbang
terkoyak-koyak di jeruji sangkar
belantara jadi demikian asing akan kicaunya
inikah bias kasih dari segelintiran
kekhawatiran manusia? sama saja mematahkan
kaki dan sayap-sayapnya. tak jauh beda
dengan mengirimkannya ke pekuburan. O,
burung kini turunlah dalam wangi cinta
memuarakan seribu kesah pada kehendak-Nya.

Trienggadeng,
27 Desember 1991

MUSTAFA ISMAIL
IG: MOESISMAIL
@MUSISMAIL
MUSISMAIL.COM

>Foto utama: pixabay.com

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: