Memar, Kisah tentang Sebuah Kesadaran
Puisi ini saya tulis seusai ujian di kampus pada 11 Agustus 1991. Saya tidak ingat apa yang melecut saya menulis puisi ini. Hal yang bisa saya catat: puisi menyuratkan sekaligus menyiratkan kesadaran tertentu terhadap sebuah keadaan. Terkadang, baru menyadari sesuatu ketika berada di satu titik. Begitu pun saya. Saya tersentah oleh sebuah peristiwa dan saat itulah saya tersadar.
Seperti sejumlah puisi sebelumnya, puisi kali ini juga saya ketik ulang dari bundel puisi “Perjalanan: Sajak-sajak Mustafa Ismail 1990-1992”.
MEMAR
demikian beku jemari angin, sepanjang
jalan Seulawah. mencatat sebuah memar
di keningku. kala bermain di pinggir kali.
langit tersenyum sini memandang. O,
barusan aku terpana memandang air dan
mengair entah ke mana. sampai-sampai
kehadiran waktu pun tak sempat kusapa.
(arus demikian lembut menyeretku!).
tba,
11 agt 1991.
MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIL | @MUSISMAIL | MUSISMAIL.COM
> FOTO-FOTO: Pixabay.com