Ibu, Ada Sebait Puisi Kubaca di Matamu….
Semua kita pastilah menempatkan ibu — dan ayah kita — di tempat paling terhormat dan paling mulia. Jadi, untuk puisi ini, saya tidak akan banyak bernarasi. Biarlah puisi ini yang menjelaskan semuanya. Seperti dua puisi yang posting sebelumnya, puisi ini juga saya tulis pada 1990 dan terkumpul dalam bundel “Perjalanan”.
PUISI IBU
terpahat sebuah wajah pada dinding laut
mengapungkan rindu. ada sebaik puisi kubaca
di sana. membias dari sorot tajam kedua matanya
dari kulitnya yang legam tersinar matahari
ketika berjalan bersama ayah memikul bumi ini
penuh kerelaan. O, itulah perjuangan selanjutnya
setelah beliau melahirkan. sorgaku di kakinya!
bna,
april 90
Nah, saya baru ngeh setelah membaca ulang puisi ini barusan, ternyata ada larik puisi ini yang mirip lirik lagu Ebiet G Ade. Sungguh, ini tidak saya sadari dulu. Baru sekarang saya merasakannya. Tapi demi menampilkan puisi itu sebagaimana aslinya, larik itu tidak saya ubah.
Tapi, tentu saja, saya tidak berniat menjiplak. Ada dua kemungkinan, karena saya tidak ingat lagi: pertama, terpengaruh sehingga tanpa sadar masuk ke dalam puisi itu. Kemungkinan kedua, sama sekali kebetulan. Tapi sudahlah, anggap saja itu “kecelakaan puitik”.
MUSTAFA ISMAIL | IG MOESISMAIL | MUSISMAIL | MUSISMAIL.COM
>Foto utama: Pixabay.com