Tidur dan Bermimpi di Tepi Jalan Makam
Dulu, ketika kecil, waktu SD dan SMP, saya sangat sering tertidur saat dibonceng memakai sepeda motor oleh ayah saya. Entah mengapa, meskipun awalnya tidak ngantuk tapi begitu berbonceng dan sepeda motor jalan beberapa kilometer, kepala mulai berat dan mata minta dikatup. Dan bisa diduga: tertidur. Terkadang ayah tak tahu saya tertidur. Saya pun suka tidak sadar. Saya baru sadar ketika sepeda motor direm mendadak, dengan berbagai alasan.
Jangan bilang itu berbahaya — sebab saya gak sadar sudah tertidur. Kebiasaan tertidur di sepeda motor bukan hanya saat dibonceng orang lain, tapi ketika saya mengendarai sendiri. Pernah satu kali kejadiannya menjadi konyol. Ceritanya, saya berangkat ke kantor agak siang. Sejak di daerah Lebak Bulus — rumah saya di perbatasan Pamulang dan Depok — saya mulai ngantuk.
Saya mencoba untuk terus jalan. Sempat berhenti beberapa kali, namun tidak lama, lalu jalan lagi. Tiba di sekitar Gandaria City, ngantuk terasa tak bisa dikendalikan lagi. Saya benar-benar terlelap. Saya baru sadar ketika tiba-tiba sepeda motor naik ke trotoar, lalu membentur tiang listrik, selanjutnya jatuh di pinggir jalan. Orang-orang pun segera datang menolong. Roda depan sepeda motor peyot dan harus dibawa ke bengkel terdekat.
Beberapa orang berbisik sesamanya. “Kayaknya mabuk ya.” Saya tak menanggapi, apalagi menjawab. Ada beberapa bagian tubuh sakit, namun tidak saya pedulikan. Saya bersyukur tidak ada yang serius. Selanjutnya buru-buru meninggalkan tempat itu dengan mendorong sepeda motor ke bengkel kecil dekat perempatan Kebayoran. Bukan hanya roda peyot, ban depan juga harus diganti karena pecah. Saya menduga karena memaksa menerobos trotoar jalan yang lumayan tinggi.
Bahkan bukan hanya ketika mengendarai sepeda motor, juga ketika menyetir mobil. Sering pula saya memaksa untuk jalan, tapi untunglah tidak terjadi hal-hal konyol dan fatal. Jika betul-betul kantuk tak bisa ditahan saya langsung berhenti dan istirahat. Dalam sebuah perjalanan jauh — misalnya ke Jawa Tengah — saya bisa tidur di mobil hingga dua-tiga jam, terutama kalau perjalanan malam. Tapi jika perjalanan siang maksimal saya tidur setengah jam.
>Foto: saigoninacup
Begitu pula tatkala mengendarai sepeda motor. Setelah kejadian menabrak trotoar dan tiang listrik di atas saya mulai waspada dengan ngantuk. Meskipun sesekali saya paksa jalan, tapi lebih sering berhenti dulu untuk istirahat. Misalnya, saya memarkir motor di tepi jalan, lalu saya turun dan duduk di trotar sambil menyandarkan wajah ke sadel sepeda motor untuk tidur. Terakhir beberapa hari lalu, karena ngantuk terasa sulit ditahan, saya pun berhenti di tepi jalan — di seputaran makam terbesar di kawasan Jakarta Selatan — untuk istirahat.
Saya mematikan sepeda motor, dan memarkirnya. Namun saya tidak turun. Lalu saya menyandarkan kepala ke blok kilometer. Dan saya benar-benar tertidur. Bahkan sempat bermimpi meskipun tidak terlalu jelas mimpinya. Saya tidak tahu berapa lama tertidur. Yang jelas, begitu terbangun jadi begitu segar. Hal pasti, ketika tiba di kantor, rapat yang saya kejar, sudah hampir selesai.
JAKARTA, 26 Januari 2019.
MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIL | @MUSISMAIL
>FOTO Utama: Pixabay.com