Habis Burman, dari Rex ke Blang Bintang
Sosok yang saya ditulis dalam puisi ini sangat unik. Teman-teman penyair di Aceh menyebutnya “Presiden”. Lengkapnya adalah “Presiden Rex”. Ini tak lain adalah sebutan Kompas ketika menulis profilnya panjang lebar pada 1990-an. Rex, yang berlokasi di Peunayong, Banda Aceh, adalah pusat jajan penting di Aceh.
Malam-malam ia sangat mudah ditemui di kawasan Rex. Penampilannya khas. Suka berbaju batik, rambutnya dibiarkan mengembang. Dini hari, setelah selesai “berdinas” sebagai tukang parkir, ia berjalan kaki ke Taman Budaya Banda Aceh, berjarak sekitar 3 kilometer dari Rex, untuk merebah diri sambil menunggu pagi. Pagi-pagi, ia pulang ke rumahnya di Blang Bintang, Aceh Besar, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Banda Aceh.
Siapa dia? Saya akan menulisnya dalam tulisan terpisah. Sekarang, sila simak dulu puisi yang saya tujukan untuk Hasbi Burman. Sebelumnya, puisi ini pernah di muat di sebuah media nasioal di Jakarta.
BLANG BINTANG
– Penyair Hasbi Burman
puisi-puisi romantik turun ke sawah-sawah
membentuk benih-benih padi, kacang tanah,
juga burung-burung yang gelisah.
setiap pesawat-pesawat itu terbang rendah,
kau menatap dengan mata nanar: anak-anak berlari ke jendela
membayangkan jadi merpati
sedangkan kau terperosok dalam bayangan
tentang makam-makam tua tanpa nama
yang membuatmu pernah terluka dan terpenjara
juga tentang ratusan pesawat lalu lalang dan
berhenti di kebun-kebun kosong
mengangkut singkong dan kacang panjang
apakah kesunyian begitu abadi
dan puisi begitu kuat menarikmu ke Peunayong
berhikayat tentang Rex
setiap rindu selalu ada alamatnya sendiri,
begitu pula kau, yang tak henti
mempuisikan angin dan dedaunan
penyair, puisimu abadi di daun-daun laksa
seperti pesawat yang selalu datang dan
pergi mengusung baling-balingnya
Blang Bintang, Banda Aceh, 17 Mei 2017
MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIL | @MUSISMAIL