Mari Ngopi dan Berpuisi
Kopi dan puisi boleh jadi tak jelas hubungannya. Puisi tidak dilahirkan oleh kopi, begitu sebaliknya: kopi tidak dilahirkan oleh puisi. Puisi tidak mempengaruhi kopi dan kopi tidak mempengaruhi puisi. Kedua benda itu tidak diikat oleh benang merah tertentu. Ada penyair yang suka kopi, ada pula yang tidak. Bahwa sebagian besar penyair itu suka ngopi, itu bukan sesuatu yang luar biasa. Itu hanya soal selera, bukan “kewajiban” dan hubungan kausalitas.
Keberhasilan sebuah puisi tidak ditentukan oleh kopi. Begitu pula kenikmatan ngopi dan secangkir kopi tidak ditentukan oleh puisi. Hubungan puisi dan kopi tidak saling mempengaruhi. Bukan seperti hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan seseorang dengan pasangannya — apalagi seperti hubungan Romi dan Yuli (Romeo dan Yuliet). Kopi dan puisi boleh tak bertemu, boleh tak bersama.
Namun, kata “Ngopi” selalu menjadi alasan untuk bertemu. Kopi menjadi istilah generik untuk ajakan bersilaturahmi. Tapi, beberapa hari lalu, seorang teman seniman, ketika saya ajak ngopi, bertanya: “Saya sudah lima bulan tidak ngopi.Teh atawa susu jahe ada? Atau chocholate?” Saya yakin, ini pertanyaan guyonan. Sebab, seperti saya sampaikan di atas, bahwa “ngopi” hanya istilah umum untuk ajakan: ayo kita ketemuan dan ngobrol.
Nah, #NgopiSastraAkhirTahun berada dalam kerangka semangat ajakan ini. Awalnya adalah ajakan saya untuk ngopi-ngopi beberapa teman seniman/pegiat sastra di Tangerang Selatan untuk ngobrol. Rencana ini sudah lama tertunda karena kesibukan masing-masing. Dulu, kami rutin bertemu tiap bulan. Kini, sudah setengah tahun hanya bertegur sapa lewat WhatsApp. Semoga pertemuan tertunda itu bukan karena ada WA.
Senin lalu, 24 Desember 2018, saya melempar ajakan itu di WAG Poros Selatan. Grup ini isinya teman-teman penulis dan sastrawan yang tinggal di selatan Jakarta, tepatnya pinggiran Ibu Kota. Ada yang di Bekasi, Depok, Bogor Tangerang, hingga Tangerang Selatan. Agar terkesan serius, dan ada yang dibicarakan, iseng-iseng saya membuat poster: #NgopiSastraRahasia. Tempatnya pun saya rahasiakan, dan hanya diputuskan dan dijapri lewat WA sehabis magrib. Begitu pula, tema obrolan: “Sastra dan Beberapa Rahasia”.
Soal tempat yang “rahasia”, sebetulnya, karena saya belum mendapatkan ide di mana. Lalu, lewat sebuah grup kecil, sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda, mengajak bertemu di rumahnya di Vila Pamulang Mas. Jadilah kami bertemui di sana. Tidak banyak yang hadir. Selain saya dan mas Ahmadun, ada penyair Iman Sembada, Zaenal Radar T (penulis cerpen dan skenario), Hadi Sastra (guru yang penulis), dan Mahrus Prihany (guru, penulis, dan ustad). Lengkap sudah.
Beberapa kawan lain, seperti Uki Bayu Sedjati dan Heriyus Saputro urung hadir karena ada keperluan mendesak, meskipun awalnya sudah memberi konfirmasi datang. Masing-masing membawa makanan. Saya membawa kacang rebus. Teman-teman lain ada yang membawa gorengan dan donat. Mas Ahmadun mengeluarkan “jurus andalannya” yakni duren. Duren itu sudah diambil isinya dan ditaruh di wadah dan disimpan di kulkas. “Saya suka makan roti pakai duren,” katanya.
Meskipun hanya berenam, obrolan kami serius. Topiknya tentang banyak hal di dunia sastra. Salah satu hal yang kami bicarakan bisa disimak di tulisan saya sebelumnya “Obrolan Rahasia, dari Estetika Hingga Penyair Penggembira”. Ada pula kisah-kisah behind the scene dari sastra, kegiatan sastra dan pegiat sastra — tentu saja obrolan ini rahasia.
Tapi hal yang tak kalah penting: kami merencanakan ngopi yang lebih serius pada malam tahun baru. Ide ini awalnya datang dari Mas Ahmadun. Namun, ada beberapa kekhawatiran dari kawan-kawan bahwa nanti tidak akan ada yang datang. “Soalnya mereka sudah punya acara masing-masing,” ujar Zaenal Radar, penulis sinetron Mak Ijah Naik Haji dan Tendangan Si Midun. Ucapan dia diamini oleh Iman Sembada dan Hadi Sastra. Pendapat mereka tentu saja benar.
Tapi saya dan Mas Ahmadun mencoba meyakinkan bahwa ini hanya kegiatan ngopi-ngopi. Kalau pun sedikit yang hadir, terpenting kita ngopi-ngopi saja. Akhirnya semua sepakat. Tinggal lagi di mana tempatnya? Ada beberapa usulan, seperti Taman Kuliner Siliwangi, kafe-kafe tepi danau seberang Pamulang Square, Roti Bakar 88, dan alun-alun kota Tangerang Selatan, seberang Universitas Pamulang. Tapi, “Kalau tahun baru selalu ada acara Pemkot di sana,” ujar Mahrus Prihahny. Alun-alun pun kita coret.
Pilihan di pinggir danau juga berisiko: bagaimana kalau hujan? Akhirnya tempat itu pun kami tip-ex. Begitu pula Taman Kuliner Siliwangi, dekat gerbang masuk kompleks perumahan tempat saya tinggal, Vila Pamulang. “Kalau hujan, kita akan kesulitan,” kata entah siapa kala itu. Tempat itu pun kita lupakan. Meskipun, esoknya, secara tidak sengaja, saya lewat di sana dan bertemu pemilik tempat jajan malam itu, Andre. Ia mempersilakan kami menggunakan tempatnya. Tapi pada malam Tahun Baru mereka sudah punya acara. “Silakan bergabung saja. Bisa kita mix,” kata Mas Andre.
Tadi siang, Mas Ahmadun, mengirim kabar bahwa Roti Bakar 88 tetap buka pada malam pergantian tahun. “Kita pastikan acara di Roti Bakar 88 saja,” tulisnya di pesan WA. Kami sepakat. Maka sorenya, saya pun menyempurnakan pekerjaan saya — sebagai desainer amatir — untuk mengoreksi poster dan spanduk dengan membubuhkan lokasi acara plus tambahan beberapa nama pengisi acara.
Acara “NgopiSastraAkhirTahun” adakan diisi sejumlah materi, seperti refleksi, pidato ringan tentang sastra dan kebudayaan, doa bersama untuk korban tsunami, hingga baca puisi. Sejumlah penyair nasional sudah menyatakan hadir untuk membaca puisi seperti LK Ara, Rida K Liamsi, Iman Sembada, Hasan Bisri BFC, Shobir Poer, Willy Ana, Zaenal Radar, Hadi Sastra, Ine Hidayah, Pilo Poly, dan lain-lain. Acara ini bersifat gratis dan terbuka untuk umum. Tapi, kopi bayar sendiri-sendiri.
Acara ini kerjasama lintas komunitas di Tangeran Selatan, seperti portal sastra litera.co.id, Imaji Indonesia, Yayasan Master Kreativa Indonesia, Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Tangerang Selatan, Dewan Kesenian Tangerang Selatan, dan Ruang Sastra. Direncanakan kegiatan ini akan disiarkan secara langsung lewat channel Ruang Sastra di Youtube. Jadi teman-teman di mana pun berada bisa mengikuti acara ini secara langsung lewat Youtube.
Begitulah. Mari hadir. Jika tidak suka kopi, atau sedang dilarang dokter agar mengurangi kopi, boleh minum teh, air jeruk, jus, coklat, atau air mineral saja. Jika ada yang mau ditanyakan, silakan kontak atau kirim pesan WA di nomor yang ada di poster. Boleh bawa keluarga atau pasangan? Boleh. Silakan. Terpenting jangan membawa keluarga orang atau pasangan orang. Itu berbahaya. Haha…
Jakarta, 26 Desember 2018
MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIL | @MUSISMAIL