puisi

Sabang, Kapal

Jika Anda ke Aceh, tak lengkap jika tidak ke Sabang. Sabang, yang terletak di Pulau Weh, adalah salah satu destinasi wisata yang indah. Pulau kecil itu berada di tengah laut. Tentu, utuk mencapainya Anda harus menggunakan kapal. Perjalanan dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, ke Sabang, memakan waktu sekitar dua jam dengan menggunakan kapal biasa. Tiketnya dulu Rp.30.000 (kelas ekonomi). Saya tidak tahu sekarang.

Namun jika menggunakan kapal cepat waktu tempuh lebih pendek yakni hanya sekitar 45 menit dengan harga tiket Rp 80.000. Ini kapal kelas eksekutif, selain cepat juga lumayan mewah. Jadi sangat sesuai dengan harganya. Jadwal ke sana, antara lain bisa dilihat di link ini (termasuk harga tiket di tiap kelas).

Ada banyak tempat yang bisa membuat kita lupa untuk pulang. Saya tidak akan menceritakan tempat-tempat itu, biarlah Anda menjelajahnya sendiri. Saya hanya ingin berkisah tentang pengalaman personal ketika ke Sabang — lewat puisi, tentu saja.

>KAPAL
>
>Aku menulis namamu di tiang-tiang kapal
>di langit siang yang terang –
>
>bercahaya hingga lapis kesembilan
>hingga gelombang laut berdentam-dentam
>
>kau menjelma bukit-bukit hijau
>di bibir pulau:
>
> saat orang-orang berdiri di buritan
> memandang ke Balohan
>
>mereka menyanyikan lagu yang sama
>seperti kau nyanyikan:
> bungong jeumpa… bungong jeumpa…
> meugah di aceh….
>
>namamu selalu berkilatan
>saat matahari terbit dan terbenam
>
>seperti bungong jeumpa yang tak mala
>aromanya menyelinap dalam dengkur kita
>
>dan tiang-tiang kapal itu menjadi biru
>menggelinding seperti bola salju
>
>ia kekal di segala cuaca
>menjadi puisi yang tak pernah tua
>
>Banda Aceh-Sabang, 28 November 2016
>MUSTAFA ISMAIL | IG: moesismail | @musismail

CATATAN:
Puisi ini pernah dimuat di Serambi Indonesia, 10 September 2018
http://aceh.tribunnews.com/2017/09/10/palmerah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *