Dari Sastra Kontekstual ke Puisi Realitas Zaman

OLEH: MUSTAFA ISMAIL, penulis sastra dan kebudayaan. | “…. penyair dituntut untuk lebih peduli di masa kini. Peduli berarti harus siap memahami realitas zaman. Penyair semakin dituntut untuk mengasah indranya kian peka menyikapi fakta melalui ungkapan kata.” (Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin dalam teks pidato Hari Puisi Indonesia 2018).

Puisi Bagus versus Karya Juara

Beberapa lalu, saya memperlihatkan sebuah buku puisi kepada seorang kawan baik yang datang ke rumah. Puisinya pendek-pendek. Teman yang membaca itu bilang: “Bagus-bagus puisinya ya,” katanya. “Segar.” Saya menimpali: kekuatan puisi memang tidak ditentukan oleh panjang-pendeknya. “Jadi tidak perlu memaksa diri puisi harus menulis puisi panjang-panjang.”

Modus atawa Pura-pura

Ini lagi-lagi kisah perjalanan pulang dari kantor malam ini. Saya melaju agak kencang ketika secara tak sengaja mata tertumbuk pada dua tubuh di trotoar jalan. Mereka adalah seorang ibu — tak jelas usianya — dengan seorang anak kecil yang di keningnya ada tertempel koyok. Tek jelas, apakah anak itu sedang sakit.

Jangan Lupa (Klise) Bahagia

Sambil pulang kantor malam ini, saya menemukan kalimat ini pada sebuah warung: Jangan lupa bahagia. Sekilas tak ada persoalan dengan kalimat tersebut. Anjuran itu sangat positif. Mengajak orang untuk bahagia adalah adalah ibadah sosial. Terpujilah orang-orang yang selalu sempat memikirkan kebahagian orang lain.

Mari Ngopi dan Berpuisi

Kopi dan puisi boleh jadi tak jelas hubungannya. Puisi tidak dilahirkan oleh kopi, begitu sebaliknya: kopi tidak dilahirkan oleh puisi. Puisi tidak mempengaruhi kopi dan kopi tidak mempengaruhi puisi. Kedua benda itu tidak diikat oleh benang merah tertentu. Ada penyair yang suka kopi, ada pula yang tidak. Bahwa sebagian besar penyair itu suka ngopi, itu bukan sesuatu yang luar biasa. […]

Obrolan Rahasia, dari Estetika Hingga Penyair Penggembira

Ada banyak soal yang menjadi topik bahasan dalam #NgopiSastraRahasia di Griya Litera, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin malam, 24 Desember 2018 hingga Selasa dini hari, 25 Desember 2018. Mulai dari soal estetika hingga para pemyair penggembira pada berbagai acara sastra. “Jika tidak ada mereka, acara sastra akan sepi,” kata Ahmadun Yosi Herfanda, tuan rumah diskusi kecil itu.

Sabang, Kapal

Jika Anda ke Aceh, tak lengkap jika tidak ke Sabang. Sabang, yang terletak di Pulau Weh, adalah salah satu destinasi wisata yang indah. Pulau kecil itu berada di tengah laut. Tentu, utuk mencapainya Anda harus menggunakan kapal. Perjalanan dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, ke Sabang, memakan waktu sekitar dua jam dengan menggunakan kapal biasa. Tiketnya dulu Rp.30.000 (kelas ekonomi). […]

Teteng Jumara dan Gugatan Tentang Realitas Indonesia

TULISAN ini berasal dari pengantar diskusi buku puisi “Surau Kecil Berdinding Bilik” karya Teteng Jumara di Restoran Gudeg (milik penyair buruh Wowok Hesti Probowo), Kota Seni F1/23R, Citra Raya, Cikupa, Tangerang, Sabtu, 13 Oktober 2012. hari ini, koran telah memberitakan manusia menjual potongan-potongan tubuhnya ……. Untuk mendapatkan sebuah perjamuan