khasanah

Melepas Lelah di Alun-alun Batang

>Alun-alun kota Batang, Jawa Tengah, adalah satu destinasi yang bisa Anda singgahi saat melintas Pantura Jawa pada musim mudik Lebaran maupun hari biasa.

Bagi pemudik ke arah Semarang, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur, Batang salah satu kota yang akan dilewati. Jika lelah atau pun untuk sekedar santai, mampirlah di alun-alun kota itu. Alun-alun Batang sejak beberapa tahun lalu makin cantik. Warung-warung, yang melingkari alun-alun, telah ditata lebih tertib dan rapi. Di sana tersedia aneka makanan, salah satunya yang khas daerah itu (Pekalongan, Batang dan sekitarnya) adalah nasi megono. Soal megono saya tidak akan cerita di sini karena sudah banyak yang menulis. Silakam Anda ketik kata kunci “nasi megono” dii google

Saya hanya ingin cerita soal alun-alun Batang, yang menjadi salah satu tempat bersantai di jalur Pantura Jawa. Di sana tersedia banyak fasilitas yang memudahkan pelintas saat singgah. Di sebelah barat alun-alun ada masjid besar Batang yakni Masjid Agung Darul Muttaqin. Kalau Lebaran (Idul Fitri maupun Idul Adha) alun-alun Batang menjadi tempat salat ied. Adapun imam dan khatibnya berada di dalam masjid. Jadi alun-alun pun berubah menjadi semacam halaman masjid.


Sebelah selatan adalah pendapa Bupati Batang. Nah, tiap sore hingga malam di bagian selatan alun-alun menjadi tempat main bagi anak-anak, remaja dan keluarga. Anak-anak bisa main bombom car, motor dan sepeda listrik kecil dengan biaya sewa Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) untuk sepuluh menit. Kalau hobi mancing, juga bisa menyalurkannya di sini dengan memancing ikan plastik.

Bagi keluarga, bisa mencoba naik odong-odong yang dihiasi lampu warna-warni, aneka bentuk. Satu odong-odong bisa memuat bapak, ibu dan anak. Odong itu menggunakan “platform” sepeda, bukan mesin. Jadi meskipun Anda melihatnya bentuknya persis mobil VW kodok, tapi Anda harus mengkayuhnya. Kalau Anda kayuh sendiri, biaya sewa odong-odong Rp 15.000 untuk sepuluh menit. Jika tidak kuat mengayuh — misal karena sudah uzur haha — bisa pakai pengayuh dari mereka, tentu ada biayanya senilai Rp 10.000. Jadinya odong-odong sama “supirnya” Rp 25.000.

Bagi penggemar mobil-mobilan Tamia di sana juga ada penyedia tracknya. Anda bisa main Tamia di sana. Tapi beberapa malam lalu ketika saya main ke sana bersama anak-anak, saya tidak menemukannya. Mungkin orangnya masih pulang kampung. Atau permainan ini sudah tak populer dan diganti oleh aneka permainan yang ada di gadget masing-masing? Entahlah.

Bagian selatan alun-alun itu memang menjadi tempat wisata kecil-kecilan baik bagi warga setempat maupun bagi pelintas yang berhenti sejenak melepas lelah di Batang. Maka itu, di bagian selatan yang berhadap-hadapan langsung dengan kediaman bupati itu tidak ada teratak makanan. Boleh jadi karena dikhususkan sebagai ruang terbuka. Ada sih beberapa penjual makanan dan minuman gerobakan dan gotongan, tapi tidak ada teratak khusus untuk tempat duduk. Kalau mau pesan ya bisa duduk di mana saja.

Tak hanya aneka permainan, di sana juga dijual aneka mainan. Jadi bagi ibu-ibu atau bapak-bapak siap-siap saja anak-anaknya minta mainan tertentu — tentu saja bukan mainan mahal, karena penjualnya pakai sepeda atau gotongan. Harganya ada yang boleh ditawar dan ada yang tidak.

Tapi variasi jumlah mainan di sini tidak banyak. Kalau mau lebih banyak variasinya Anda bisa ke lapak depan pertokoan persis di penggir jalan raya Pantura, seberang alun-alun di sebelah utara. Anda pun menawarnya. Beberapa hari lalu, anak saya membeli bola angin yang biasanya harganya Rp 10.000, dikenakan Rp 15.000. “Ini Lebaran. di luar Lebaran sepuluh ribu,” kata penjualnya. Tapi akhirnya setelah ditawar boleh juga sepuluh ribu.

Di pertokoan sebelah utara seberang alun-alun juga tersedia toko-toko pakaian, laki-laki, perempuan hingga anak-anak. Bahkan bukan hanya di toko, sejumlah penjual pakaian juga menggelar dagangannya di emperan. Kalau mau ganti “peralatan dalam” namun stok yang dibawa habis, nah bisa mampir ke sini. Kalau habis uang, juga bisa mampir ke pertokoan ini. Di sini ada dua mesin ATM dari dua bank berbeda. Mesin ATM bank lain ada di pojok kiri sebalah selatan alun-alun.

Di alun-alun juga ada tempat makan bakso yang selalu ramai yakni Bakso Giman. Lokasinya persis sebelah Kantor Pos Batang. Tempatnya kecil, namun — kata orang — baksonya enak. Saya gak tahu berapa harga satu porsi karena sudah lama tidak singgah di sana. Soalnya, ipar saya, Hadi, juga punya warung bakso yang juga tak kalah enak. Salah satunya berlokasi di Jalan Yos Sudarso 73 (500 meter ke utara alun-alun), persis sebelahan Asept Pertamini (milik Asep) dan Nasi Goreng Bambang (entah milik siapa).

Dari arah alun-alun, letaknya sebelah kiri jalan. Ini warung kecil depan rumah ibu mertua saya, yang digunakan anak-anaknya untuk usaha, mulai dari usaha bensin eceran, bakso, cuci motor dan air meneral isi ulang. Ibu mertua sendiri menjalankan warung kelontong, yang menjual aneka rupa, mulai dari makanan, perlengkapan dapur, hingga alat tulis dan keperluan sekolah. Semua tumplek blek dalam satu lokasi. Kelebihannya; di sini tersedia wifi gratis. Jadi sambil makan bakso dan isi bensin, Anda bisa mencuci sepeda motor agar kinclong kembali — sambil browsing, ngeblog, bermedia sosial atau nulis di Steemit.

Oh ya, satu lagi: jika AC mobil Anda kurang dingin — dan kebetulan sedang melintas di Batang — mampir saja di Dian AC. Lokasinya di jalan raya Pantura, persis di seberang kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Batang. Jika dari arah Semarang, sekitar 500-600 meter setelah alun-alun Batang. Jika dari arah Pekalongan, letaknya sebelah kanan, berjarak sekirar 500 meter dari Terminal Pekalongan. Gampangnya cari dulu kantor BNN Batang di googlemap, lalu lihat ke seberangnya dan baca satu persatu nama toko di sana, dan temukan Dian AC. Pemiliknya namanya Anto. Jangan cari Dian, ntar dimarahi Anto, haha. Soalnya Dian tidak mengerti AC, dia tahunya soal gizi. Ini asli bantu promo usaha adik ipar bernama Dian itu.

Sudah? Mari kita kembali ke alun-alun Batang. Jika Anda mau tahu info seputar perjalanan mudik, silakan bertanya ke Posko Mudik Batang yang persis berada di alun-alun. Ada banyak mas-mas dan mbak-mbak polisi di sana yang bisa membantu memberi informasi. Bila ada masalah kesehatan, mungkin karena kecapean, di sana juga ada tenaga medis. Kalau ada masalah keuangan, ya segera ke ATM di seberang posko. Kalau ada masalah hukum, bisa ke sebelah timur alun-alun, di situlah kantor Polres Batang.

Kalau ada masalah perut — haus dan/atau lapar — jangan lapor polisi atau posko mudik, tapi masuklah ke salah satu warung lesehan yang mengitari alun-alun itu. Anda bisa memesan makanan dan duduk di tempat. Bisa pula Anda duduknya di rumput alun-alun. Sejumlah warung menyediakan tikar atau sejenisnya bagi pelanggan yang ingin duduk di hamparan rumput alun-alun. Jika mau duduk langsung di atas rumput juga boleh, tidak usah pakai tikar. Jangan kuatir, di alun-alun tidak ada peringatan “jangan menginjak rumput” atau “dilarang menduduki rumput”. Di beberapa bagian alun-alun, jangan kaget jika menemukan rumput tak lazim, sulit dipetik, hijau dan tampak begitu rapi. Nah, itu rumput plastik. Karpet rumput untuk duduk-duduk dan bersantai. Sekilas persis rumput asli.

Masih ada yang belum saya ceritakan soal alun-alun Batang? Oh ya, satu lagi belum saya sebut. Jika Anda butuh minmarket — misal untuk mengisi pulsa, saldo kartu tol, minuman ringan, tisu, makanan kecil, dan lain-lain — lokasinya ada di jejeran masjid, sebelah barat alun-alun. Tapi mohon maaf, saya tidak mau sebut nama minimarket itu nanti dikira promo. Lagi pula saya tidak punya saham di sana. Tapi gara-gara minimarket itu saya dibuat kaget pada suatu pagi beberapa tahun lalu. Tiba-tiba seseorang yang saya kenali sebagai teman kantor — sebut saya namanya Toni — habis belanja dari minimarket itu. Saya pun memanggilnya. Ia pun kaget melihat saya. Kami pun saling bertanya: “Ngapain lo di Batang?”

DEPOK, 18 Juni 2018
MUSTAFA Ismail
musismail.com
@musismail

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: