Mengirim Artikel Opini untuk Kompas
Beberapa hari lalu, seorang penulis novel, yang kadang suka menulis esai di sejumlah media, kembali mendapat “surat cinta” dari Harian Kompas. Isinya apalagi kalau bukan pengembalian artikel yang dikirimkan sepekan sebelumnya. Kala itu, ia menulis penolakan angkutan online oleh taksi konvensional.
Sejak awal, ia memang rada ragu untuk mengirimkan tulisan itu untuk Kompas. “Paling ntar gak dimuat,” kata dia. Tapi, saya menyarankan, jangan pikirkan dimuat, kirim saja. Saya memang sering bilang kepada teman-teman penulis bahwa tantangan terbesar penulis adalah “menaklukan” media yang belum pernah memuat tulisan kita.
Begitu pula kepada penulis yang saya sebut di awal tulisan ini bahwa kalau pasang target jangan rendah. Bahwa nanti tidak dimuat di sebuah media yang ditargetkan toh masih bisa diperbaiki dan dikirim ke media lain. Tinggal tunggu momentum baru. Dan jangan kuatir kehilangan momentum. Ibarat roda, momentum selau berputar.
Dengan kata lain, jangan enggan mengirimkan tulisanmu ke media besar karena kekhawatiran nanti jika tidak dimaut momentumnya akan lewat atau hilang. Sebuah tulisan tidak akan sia-sia. Pasti ada momentum lain nanti jika tulisan itu tidak dimuat sekarang. Toh, dengan sering menghadapi “tantangan besar” akan membuat penulis jadi belajar.
Seperti dalam tulisan penulis di atas, di surat pengantar pengembalian dituliskan bahwa tulisannya tidak dimuat karena: “Uraian kurang membuka wawasan baru.” Bukankah catatan itu merupakan bagian dari “pengingat’ bahwa seorang penulis harus terus belajar untuk menghasilkan karya terbaik?
Oh iya, di dalam lampiran pengembalian artikel, Kompas selalu menyertakan kriteria umum tulisan yang dihendaki oleh Kompas, berikut ini:
C A T A T A N :
Kriteria umum untuk ARTIKEL Kompas :
1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain .
2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi persoalan dalam masyarakat.
4. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin tertentu.
5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.
8. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP), nama Bank dan nomor rekening (abaikan bila sudah pernah kirim).
10. Alamat e-mail opini@kompas.co.id
Selamat menulis.